Halaman

Keuangan Syariah Maju Pesat di Maladewa

Setelah berkali-kali krisis keuangan melanda dunia ini, perlahan-lahan sistem ekonomi Islam pun mulai dilirik oleh beberapa negara. Salah satunya adalah Maladewa. Maladewa merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kumpulan atol (suatu pulau koral yang mengelilingi sebuah laguna) di Samudra Hindia. Jumlah pemeluk Islam di sana adalah 99,41 persen dari total jumlah penduduknya. Sementara konstitusi Maladewa mengklaim bahwa penduduknya 100 persen Muslim, karena secara tidak langsung, Islam merupakan sebuah persyaratan seseorang untuk memegang status sebagai warga negara Maladewa.

Karena hampir seluruh penduduk Maladewa memeluk agama Islam, hal inilah yang menelatarbelakangi pemerintah Maladewa untuk menghilangkan sistem keuangan bunga di negaranya. “Pemerintah Maladewa menyampaikan kalau Industri keuangan syariah tumbuh pesat di negara kepulauan tersebut. Hal ini karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menghilangkan pengaruh bunga dalam kehidupan mereka.” (Republika, 7 Maret 2014)


Permintaan akan sistem ekonomi bebas riba di negara ini pun meningkat pesat, dan pemerintah Maladewa pun ingin Maladewa dapat dijadikan pusat studi kasus untuk membuktikan keberhasilan ekonomi syariah dalam sistem keuangan dunia.


Untuk mengantisipasi peningkatan permintaan ini, pemerintah Maladewa pun akan segera membentuk komite teknis tingkat nasional khusus syariah. Badan ini akan memantau dan mengawasi masalah keuangan ekonomi syariah.Wakil Menteri Agama Islam, Aishath Muneeza,  dikutip dari minivannews, Kamis (6/3), menyatakan tahun lalu pemerintah dan perseroan swasta juga telah memperkenalkan instrumen inovatif di industri syariah.

Untuk menjaga pertumbuhan ini pemerintah Maladewa akan membentuk badan khusus pengawas ekonomi syariah nasional. Karena dengan kehadiran beberapa perseroan atau unit usaha syariah maka akan ada peralihan dari pengguna konvensional ke syariah.

Semoga dengan diawalinya langkah Maladewa menggati sistem keuangannya dari konvensional menjadi syariah dapat diikuti negara lainnya. Membuktikan bahwa sistem keuangan syariah merupakan solusi untuk sistem keuangan dunia ini.


Sumber: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/14/03/07/n21pee-industri-keuangan-syariah-tumbuh-pesat-di-maladewa


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Dilematika Conference

Saya sekarang udah paling ga ngerti sama sistem Universitas. Adanya sistem UKT yang intinya menaikkan uang kuliah per-semester ternyata tidak menimbulkan efek sebaik yang saya pikirkan. Kenapa saya berpikiran seperti ini?
Jadi begini, saya dan 12 orang teman saya lainnya membuat sebuah paper bertajuk ekonomi karena kami semua memang mahasiswa fakultas ekonomi. Paper ini kami buat karena kami ingin mengikuti acara conference di Nagoya, Jepang. Nama conferencenya “International Symposium Business and Management 2014”. Wow! Jepang! Siapa yang nggak tahu kalau Jepang itu “mahal” begitupun kami. Namun kami tetap berusaha untuk mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli tiket yang harganya “wow” dan biaya registrasi paper sebesar US$400 untuk setiap orang.
Bisa dibayangkan bukan? US$400x13 orang itu bukan jumlah yang kecil untuk kami yang masih mahasiswa ini. Belum tiket pesawat yang harganya setiap hari naik. Tapi kami tetap optimis bahwa pasti ada jalan untuk semua ini asal niatnya karena Allah SWT semata.
Kami mula-mula membeli tiket pesawat terlebih dahulu karena takut harganya naik lebih tinggi dan terbukti saat kami membeli tiket bolak balik harganya Rp 5.100.000 dan saat ini sudah mencapai delapan juta rupiah. Dan setelah membeli tiket pesawat kami kebingungan untuk membayar uang registrasi yang jumlahnya hampir sama dengan harga tiket pesawat yang kami beli.
Kami tidak menyerah, kami menyebar proposal ke sana kemari, mencari dana bantuan dan sumbangan juga berjualan baju bekas di pasar gasibu setiap minggunya, namun sampai saat ini, saat deadline pembayaran sudah lewat 1 minggu lebih, kami masih belum mampu membayar registrasi minimal untuk 1 orang untuk setiap paper yang kami kirim.
Kami pun meminta panitia ISBM untuk menunda pembayaran registrasi kami, namun mereka menolaknya. Saat inilah kami menggunakan “cara orang Indonesia” yaitu meminta agak permohonan kami dikabulkan.
Intinya? Ya, kami kekurangan dana.
Saya disini pribadi sangat kecewa dengan pihak universitas. Kami membuat paper untuk menunjukkan prestasi kami dan membawa nama universitas. Namun saat kami semua mengajukan dana, minimal US$400 x 4, mereka sulit sekali untuk mengeluarkannya. Dari pihak dekanat mereka berkilah soal dana dari pemerintah yang belum cair, belum lokakarya, tidak ada budget untuk event international, dan lain-lain. Namun, mereka berjanji untuk membantu kami untuk mendapatkan dana dari pihak rektorat.
Kamipun mengajukan dana ke rektorat dan jawaban yang kami terima hampir sama dengan dari dekanat. Mereka mempermasalahkan birokrasi dan jawaban yang kami terima kurang lebih seperti ini “untuk fakultas kami sudah menganggarkannya utk fakultas, kami hanya mengeluarkan dana untuk BEM KEMA dan UKM saja”. Saat mendengar jawaban ini beserta alasan-alasan lain yang mereka ungkapkan saya hanya bisa “KECEWA”
Kami semua ingin berangkat, ingin memperbesar nama almamater kami di dunia internasional. Tapi apa yang kami dapat? Support berbentuk dana, yang notabene merupakan yang paling penting, pun kami sulit untuk mendapatkannya dari pihak universitas. Kalau seperti ini apakah harus kami pergi tanpa membawa nama universitas?
Saat ini kami kebingunngan. Kami sudah membeli tiket pulang pergi namun membayar registrasipun belum bisa karena dana yang tidak ada dan panitia yang menolak memproses paper kami karena keterlambatan pembayaran.
Sekarang kemungkinan yang terjadi hanya 2. Kami pergi hanya untuk jalan-jalan tanpa menghasilkan apapun atau tetap hadir sebagai non author participant.
Saya pun mulai mempertanyakan. Kemanakah seluruh uang UKT yang dibayar mahasiswa pergi? UKT yang hampir seluruh mahasiswa tahu bahwa jumlahnya untuk setiap fakultas berbeda. Untuk fakultas saya sendiri jumlah permahasiswanya harus membayar sebesar Rp 7.000.000/semester, namun kamar mandi kampus saja masih mampet, kurang air, dll.

Ya, saat kami saya dan teman-teman hanya bisa berdoa, memohon kepada Allah SWT yang Maha Membolakbalikkan hati manusia. Kami berharap panitia dapat merubah pikirannya agar paper kami semua tetap dapat masuk dalam jurnal internasional meskipun dengan keterlambatan pembayaran. Dan kami tetap berharap pihak universitas dapat memberikan kami bantuan dana. Aamin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments