Dilematika Conference
Saya sekarang udah paling ga ngerti sama sistem Universitas.
Adanya sistem UKT yang intinya menaikkan uang kuliah per-semester ternyata
tidak menimbulkan efek sebaik yang saya pikirkan. Kenapa saya berpikiran
seperti ini?
Jadi begini, saya dan 12 orang teman saya lainnya membuat
sebuah paper bertajuk ekonomi karena kami semua memang mahasiswa fakultas
ekonomi. Paper ini kami buat karena kami ingin mengikuti acara conference di
Nagoya, Jepang. Nama conferencenya “International Symposium Business and Management
2014”. Wow! Jepang! Siapa yang nggak tahu kalau Jepang itu “mahal” begitupun
kami. Namun kami tetap berusaha untuk mengumpulkan uang sedikit demi sedikit
untuk membeli tiket yang harganya “wow” dan biaya registrasi paper sebesar
US$400 untuk setiap orang.
Bisa dibayangkan bukan? US$400x13 orang itu bukan jumlah
yang kecil untuk kami yang masih mahasiswa ini. Belum tiket pesawat yang
harganya setiap hari naik. Tapi kami tetap optimis bahwa pasti ada jalan untuk
semua ini asal niatnya karena Allah SWT semata.
Kami mula-mula membeli tiket pesawat terlebih dahulu karena
takut harganya naik lebih tinggi dan terbukti saat kami membeli tiket bolak
balik harganya Rp 5.100.000 dan saat ini sudah mencapai delapan juta rupiah.
Dan setelah membeli tiket pesawat kami kebingungan untuk membayar uang
registrasi yang jumlahnya hampir sama dengan harga tiket pesawat yang kami
beli.
Kami tidak menyerah, kami menyebar proposal ke sana kemari,
mencari dana bantuan dan sumbangan juga berjualan baju bekas di pasar gasibu
setiap minggunya, namun sampai saat ini, saat deadline pembayaran sudah lewat 1
minggu lebih, kami masih belum mampu membayar registrasi minimal untuk 1 orang
untuk setiap paper yang kami kirim.
Kami pun meminta panitia ISBM untuk menunda pembayaran
registrasi kami, namun mereka menolaknya. Saat inilah kami menggunakan “cara
orang Indonesia” yaitu meminta agak permohonan kami dikabulkan.
Intinya? Ya, kami kekurangan dana.
Saya disini pribadi sangat kecewa dengan pihak universitas.
Kami membuat paper untuk menunjukkan prestasi kami dan membawa nama
universitas. Namun saat kami semua mengajukan dana, minimal US$400 x 4, mereka
sulit sekali untuk mengeluarkannya. Dari pihak dekanat mereka berkilah soal
dana dari pemerintah yang belum cair, belum lokakarya, tidak ada budget untuk
event international, dan lain-lain. Namun, mereka berjanji untuk membantu kami
untuk mendapatkan dana dari pihak rektorat.
Kamipun mengajukan dana ke rektorat dan jawaban yang kami
terima hampir sama dengan dari dekanat. Mereka mempermasalahkan birokrasi dan
jawaban yang kami terima kurang lebih seperti ini “untuk fakultas kami sudah
menganggarkannya utk fakultas, kami hanya mengeluarkan dana untuk BEM KEMA dan
UKM saja”. Saat mendengar jawaban ini beserta alasan-alasan lain yang mereka
ungkapkan saya hanya bisa “KECEWA”
Kami semua ingin berangkat, ingin memperbesar nama almamater
kami di dunia internasional. Tapi apa yang kami dapat? Support berbentuk dana,
yang notabene merupakan yang paling penting, pun kami sulit untuk
mendapatkannya dari pihak universitas. Kalau seperti ini apakah harus kami
pergi tanpa membawa nama universitas?
Saat ini kami kebingunngan. Kami sudah membeli tiket pulang
pergi namun membayar registrasipun belum bisa karena dana yang tidak ada dan
panitia yang menolak memproses paper kami karena keterlambatan pembayaran.
Sekarang kemungkinan yang terjadi hanya 2. Kami pergi hanya
untuk jalan-jalan tanpa menghasilkan apapun atau tetap hadir sebagai non author
participant.
Saya pun mulai mempertanyakan. Kemanakah seluruh uang UKT
yang dibayar mahasiswa pergi? UKT yang hampir seluruh mahasiswa tahu bahwa
jumlahnya untuk setiap fakultas berbeda. Untuk fakultas saya sendiri jumlah
permahasiswanya harus membayar sebesar Rp 7.000.000/semester, namun kamar mandi
kampus saja masih mampet, kurang air, dll.
Ya, saat kami saya dan teman-teman hanya bisa berdoa,
memohon kepada Allah SWT yang Maha Membolakbalikkan hati manusia. Kami berharap
panitia dapat merubah pikirannya agar paper kami semua tetap dapat masuk dalam
jurnal internasional meskipun dengan keterlambatan pembayaran. Dan kami tetap
berharap pihak universitas dapat memberikan kami bantuan dana. Aamin
1 komentar:
kyknya senasib nih, cm bedabya aku sdh bayarregristrasi duluan dan urusan tiket blakngan,ujungnya tiket ga kebeli krn tdk ada dukungab dana serta regristasi blm diganti.. ya pasti ada hikmah dr setiap kejadian,salahsatunya selain sabar&ttp semangat belajar, kita perlu juga evaluasi prioritas menghadiri conference di LN ug tentubya ga murah, mungkin klo sudah berkaitan disertasi mesti diupayakan mati2an dtg,krn berbagai kterbatasan negara kita yg miskin
Posting Komentar