Berhenti dan Memulai itu SAMA
Apaan judul kok kayak gitu? Di mana-mana berhenti sama memulai tuh beda! Kayak misalnya behenti menyukai sesorang dan memulai menyukai sesorang. Itu kan beda! Apa sih ini malah nanya sendiri jawab sendiri. Contoh yang sesuai judul apaan dong? Ada ide ga? Hey! Situ yang nulis situ yang nanya! Gimana sih! Oke ini penulis mulai agak gila. Nanya sendiri jawab sendiri. Ya maklumi sajalah. *ditimpuk sandal swallow*
Apalagi dong yah contoh yang agak real? Hmm. Mungkin gini. Misalnya kalian “addict” yang namanya “online”. Gue yakin yang baca artikel ini pasti punya yang namanya account Facebook atau twitter atau id chatting Yahoo Messenger. Bahkan mungkin lengkap punya account Facebook, Twitter, Y!M, MSN, Foursquare, skype, my space, tumblr, koprol, plurk, kaskus, dsb (ini sih curhatan penulis). Setidaknya kalian pasti punya deh yang namanya account facebook. Sangking “addict” nya sama situs-situs dunia maya kalian sampai ngelupain yang namanya tugas sekolah, tugas di rumah, pokonya sampai lupa segala-galanya deh gara-gara dunia maya ini kan? Kerjaannya nangkring terus di depan PC atau HP. Ckck. Dan suatu waktu kalian pasti dimarahi oleh seseorang yang menyuruh kalian berhenti untuk terus-terusan ber-internet ria kan? Entah itu orangtua, sodara, istri, suami, dll. Orangtua pasti menyuruh berhenti karena misalnya nilai-nilai kalian jadi jelek, suami menyuruh berhenti karena istrinya jadi tidak mengurusi rumah dan anaknya, dsb.
Nah, pasti setelah kalian disuruh berhenti ini kalian bakal berusaha mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan ini sama sekali. Ya, berhenti sama sekali agar kehidupan nyata kalian tetap berjalan. Tapi gue yakin pasti di antara kalian yang udah mencobanya pasti gagal. Kenapa gagal? Karena kalian berusaha berhenti karena orang lain.
Coba jawab. Kalau kalian ditanya “kenapa berhenti?” akan jawab apa? Kalau kalian menjawab, “demi orangtua” atau “karena suamiku menyuruh berhenti” itu artinya kalian sama sekali tidak tulus untuk berhenti melakukan kegiatan itu. Hmm
Jadi kesimpulannya adalah, kalau kalian ingin melakukan sesuatu atau ingin mencapai sesuatu lakukan dengan tulus. “Berhenti” melakukan sesuatu dan “melakukan” sesuatu memiliki arti yang sama dalam pelaksanaannya. Yang dibutuhkan adalah TINDAKAN dan KETULUSAN. Yep! Ketulusannya bukan karena orang lain, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Ini adalah masalah ketulusan pada diri sendiri. Siapapun atau apapun obyeknya saat kalian memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, berarti kamu sudah berjanji kepada diri sendiri.
Lalu, apabila kalian sudah memutuskan untuk “berhenti” atau “melakukan” sesuatu, itu artinya kalian sudah berjanji pada diri sendiri. Lalu ternyata kalian “melanggar” apa yg sudah kalian putuskan itu. Itu artinya kalian yang berjanji dan kalian pulalah yang mengingkari. Karena orang lain tidak bertanggungjawab terhadap janji yang kamu buat dengan dirimu sendiri.
Misal kalian bilang berhenti “online” karena “disuruh orangtua”, “suami menyuruh berhenti”. Memang itu semua bisa dijadikan alas an. Tapi, itu semua demi orang lain. “mereka keluarga,lho?” memang mereka itu keluargamu, tapi tetap saja mereka itu orang lain. Sedekat apapun hubunganmu dengan mereka, meski berhubungan darah dengan mereka sekalipun, MEREKA ITU BUKAN KAMU.
Karena itu, untuk “berhenti” dan “melakukan” sesuatu kalian harus memikirkannya sendiri, bukan demi atau karena disuruh orang lain, tapi karena menurutmu perlu. Mungkin akan sedikit merepotkan orang lain, tapi keinginan untuk melakukannya adalah keinginanmu sendiri. Kalau kalian “berhenti” atau “melakukan” sesuatu karena terpaku pada suruhan orang lain, demi menjaga gengsi atau nama baik, pada akhirnya kalian nggak akan bisa berhenti atau memulainya.
Dan memang untuk “berhenti” atau “melakukan” sesuatu itu pasti ada yang dikorbankan. “Get some lose some”. Tapi kalian pasti sudah yakin apa yang telah kalian pilih kan? Meski harus kehilangan dunia yang sekarang, meski harus membuang kehidupan yang nyaman, asal tetap bisa mengejar apa yang kamu inginkan, meskipun tahu betapa berat dna pedihnya kehilangan sesuatu, kamu tetap menginginkannya. Untuk itulah kalian hidup.
Oke sekian kekacauan yang saya tulis kali ini. Btw yang ga percaya ini diketik sendiri oleh seorang “Malinda Iriani” yang selalu galau, akan kukutuk kalian. Karena demi apapun ini gue ketik sendiri, gue karang sendiri, meskipun idenya gue ambil dari komik yang gue baca yang akhirnya jeng jeng jadilah artikel ini.
Salam. Malinda Iriani
0 komentar:
Posting Komentar