Apakah Uang Yang Aku Cari Selama Ini?
Peristiwa ini terjadi pada tahun-tahun ketika matahari bersinar dengan sangat terik dan oksigen sudah menjadi sebuah komoditas industri yang sangat mahal dan langka. Siang itu awan berwarna tembaga dan atap langit tampak mulai retak-retak. Disebuah bangunan pencakar langit, tepatnya di lantai 666 tampak sebuah pemandangan istirahat makan siang di kantor yang tampak biasa-biasa saja.
Dalam ruangan terpisah, sebuah AC menghembuskan suhu 25 derajat C. Irama Beethoven mengalun tenang dengan posisi volume ke tiga garis dari bawah. Sebuah lengan kekar tampak menyangga sebuah kepala bos perusahaan yang tampak serius menonton sebuah acara berita di televisi. Dalam acara berita itu tampak pemandangan dalam keramaian sebuah mall, jutaan manusia berjubel, berdesakan demi sebuah gengsi. Masing-masing dengan uang yang dimilikinya berebut membeli barang- barang. barang-barang yang dicitrakan sebagai harga diri. Harga diri yang sedang didiskon habis- habisan.
“belilah ini ibu-ibu, bapak-bapak, ade-ade, mas-mas, mbak-mbak, teteh, uda, koko, nci, sekalian! dengan memakai ini maka anda akan terlihat lebih cantik,lebih ganteng, dan trendi!
Anda tidak akan merasa minder bila bergaul dengan teman-teman anda! Lupakan sejenak surga, lupakan sejenak neraka karena anda sekalian hidup di dunia nyata! dan karena itulah anda butuh barang ini!”
Teriakan-teriakan itu bergema diseluruh ruangan. Semua barang yang dijualpun dapat mengeluarkan suara itu. Baju-baju berteriak seperti itu, barang-barang kecantikan berteriak seperti itu, mobil-mobil mewah berteriak seperti itu, sabun mandi berteriak seperti itu, mainan anak berteriak seperti itu, peralatan dapur juga. Berulang-ulang,mulanya konstan,makin lama makin keras tak beraturan, masing-masing dengan nada dan intonasi ajakan yang sangat membius telinga dan nurani. Berkoak-koak berisik.
“semua yang dijual dan ditawarkan adalah produk=produk terbaik kami! kualitasnya terjamin! Kami buat yang terbaik demi anda! Anda beli maka anda akan dihormati! Yang miskin akan tampak kaya! yang jelek bakal jadi cantik! Yang tua tampak muda! Yang gemuk akan semakin kurus! yang dekil tampak bersih! Yang berdosa akan tertutup pahala! Ayo beli! semua demi kebaikan anda! demi kebaikan anda semua! demi gaya hidup! wujudkan harapan anda semua!
capailah cita-cita anda tanpa harus repot berdoa dan memohon pada Tuhan! HABISKAN UANG ANDA!
dan semua yang anda inginkan akan anda capai sekarang juga”. Pesan itu masuk dan merasuk dalam bentuk pamflet, selebaran, majalah, dan koran. Setiap menit pesan-pesan itu muncul di radio dan televisi. Billboard raksasa disetiap persimpangan jalan di semua kota megapolitan berkelap-kelip tampilkan tulisan:
“HABISKAN UANG ANDA! WUJUDKAN MIMPI- MIMPI ANDA!”.
Orang-orang terpacu dan menjadi gelap mata. Mereka beringas, membabi buta menghantam apa yang ada didepan mata. Semua demi gengsi dan harga diri. Jam kerja ditambah lembur, kebijakan-kebijakan dan teori pertumbuhan ekonomi semakin banyak dan diluar akal sehat. Namun, justru itulah kemajuan. Itulah keberhasilan pembangunan.
Ketika ketajaman rasa mampu mendengar nada-nada diluar sadar maka yang jelas dan keras terdengar adalah jeritan-jeritan sekarat dari sebuah tempat yang ber nama keterasingan pikiran „„„
Kali ini pemandangan nyata tampak didepan mata realitas dan kesadaran nurani yang telah teracuni. Lewat sebuah satelit yang mengorbit diluar angkasa, manusia dapat menyaksikan fenomena yang terjadi disemua sektor kehidupan umat manusia dari balik televisi. Lewat TV monitor berlayar besar, si bos dengan leluasa melihat semua kejadian yang sedang terjadi. Semuanya jelas dan bening. Dengan speaker aktif dan sub-woofer sebagai aksesoris pelengkap tentunya. Kabid. Pemasaran menunjuk sebuah TV berlayar lebar. “Lihatlah, bos! sekarang ibadah mereka telah berpindah menuju mall, menuju pasar,lihatlah! mereka lebih percaya teori-teori ekonomi, TV, majalah, koran, majalah porno, katalog belanja daripada ayat-ayat suci dalam kitab-kitab mereka. Lihatlah juga yang itu, bos! Mereka begitu yakin pada omongan sales-sales kita daripada seruan nabi-nabi mereka yang telah mati ratusan tahun kebelakang.
Lihatlah mereka! sekarang mereka benar -benar bersujud untuk berhala baru yang sudah kita ciptakan…uang!!! Kabid. pemasaran menyeringai bangga sambil memeluk pundak bos. “Ibadah yang mereka lakukan dulu hanyalah basa-basi dan sifatnya sangat fiktif. Tapi kini…kalau yang ini benar-benar kongkret dan nyata. Bahwa yang berlaku sekarang adalah hukum “sebab akibat”. Kerja giatlah maka kamu akan dapat banyak uang.
Jika kau banyak uang, maka semua doa dan harapanmu pada dunia akan tercapai!”
Kabid. pemasaran menambahkan berapi-api. Pemandangan TV kali ini tampak lebih menyeramkan. Seorang bapak tergolek dengan mulut berbusa dan wajah membengkak biru lebam. Ditangannya tergenggam sebotol racun tikus yang isinya tinggal setengah. Seorang petugas polisi tampak sibuk mencatat. “Diduga bapak ini meninggal akibat bunuh diri dengan meminum racun serangga akibat menanggung malu yang tiada tara setelah dia gagal pergi berhaji. Diduga, bapak ini adalah korban penipuan dari sebuah sindikat dengan modus operandi menipu calon-calon jemaah haji.Saya manusia melaporkan untuk stasiun televisi kebohongan.” menyaksikan adegan itu sang bos tertawa terpingkal-pingkal.
“Lihatlah dampak bagi mereka. Mereka tak segan-segan untuk mati demi gengsi dan harga diri. Masalah surga atau neraka itu nomor dua. Yang penting tidak malu pada dunia. Dia ternyata telah menyembah gengsi. Dan mati setimpal untuk itu!” mata sang bos tampak berair kegelian tertawa puas. Di suatu tempat Tuhan sedang sekarat karena Seruan-Nya sudah tidak lagi ditaati, Tuhan telah meregang nyawa sekarat, paling tidak Tuhan telah mati di hati setiap manusia. Tuhan telah ditempatkan pada keterasingan pola pikir manusia, Ya, Tuhan telah digantikan oleh berhala baru bernama uang. Lupakan surga dan neraka,nikmati saja apa yang ada didepan mu , bukan dari dongeng masa lalu!!!!! *)
Dalam ruangan terpisah, sebuah AC menghembuskan suhu 25 derajat C. Irama Beethoven mengalun tenang dengan posisi volume ke tiga garis dari bawah. Sebuah lengan kekar tampak menyangga sebuah kepala bos perusahaan yang tampak serius menonton sebuah acara berita di televisi. Dalam acara berita itu tampak pemandangan dalam keramaian sebuah mall, jutaan manusia berjubel, berdesakan demi sebuah gengsi. Masing-masing dengan uang yang dimilikinya berebut membeli barang- barang. barang-barang yang dicitrakan sebagai harga diri. Harga diri yang sedang didiskon habis- habisan.
“belilah ini ibu-ibu, bapak-bapak, ade-ade, mas-mas, mbak-mbak, teteh, uda, koko, nci, sekalian! dengan memakai ini maka anda akan terlihat lebih cantik,lebih ganteng, dan trendi!
Anda tidak akan merasa minder bila bergaul dengan teman-teman anda! Lupakan sejenak surga, lupakan sejenak neraka karena anda sekalian hidup di dunia nyata! dan karena itulah anda butuh barang ini!”
Teriakan-teriakan itu bergema diseluruh ruangan. Semua barang yang dijualpun dapat mengeluarkan suara itu. Baju-baju berteriak seperti itu, barang-barang kecantikan berteriak seperti itu, mobil-mobil mewah berteriak seperti itu, sabun mandi berteriak seperti itu, mainan anak berteriak seperti itu, peralatan dapur juga. Berulang-ulang,mulanya konstan,makin lama makin keras tak beraturan, masing-masing dengan nada dan intonasi ajakan yang sangat membius telinga dan nurani. Berkoak-koak berisik.
“semua yang dijual dan ditawarkan adalah produk=produk terbaik kami! kualitasnya terjamin! Kami buat yang terbaik demi anda! Anda beli maka anda akan dihormati! Yang miskin akan tampak kaya! yang jelek bakal jadi cantik! Yang tua tampak muda! Yang gemuk akan semakin kurus! yang dekil tampak bersih! Yang berdosa akan tertutup pahala! Ayo beli! semua demi kebaikan anda! demi kebaikan anda semua! demi gaya hidup! wujudkan harapan anda semua!
capailah cita-cita anda tanpa harus repot berdoa dan memohon pada Tuhan! HABISKAN UANG ANDA!
dan semua yang anda inginkan akan anda capai sekarang juga”. Pesan itu masuk dan merasuk dalam bentuk pamflet, selebaran, majalah, dan koran. Setiap menit pesan-pesan itu muncul di radio dan televisi. Billboard raksasa disetiap persimpangan jalan di semua kota megapolitan berkelap-kelip tampilkan tulisan:
“HABISKAN UANG ANDA! WUJUDKAN MIMPI- MIMPI ANDA!”.
Orang-orang terpacu dan menjadi gelap mata. Mereka beringas, membabi buta menghantam apa yang ada didepan mata. Semua demi gengsi dan harga diri. Jam kerja ditambah lembur, kebijakan-kebijakan dan teori pertumbuhan ekonomi semakin banyak dan diluar akal sehat. Namun, justru itulah kemajuan. Itulah keberhasilan pembangunan.
Ketika ketajaman rasa mampu mendengar nada-nada diluar sadar maka yang jelas dan keras terdengar adalah jeritan-jeritan sekarat dari sebuah tempat yang ber nama keterasingan pikiran „„„
Kali ini pemandangan nyata tampak didepan mata realitas dan kesadaran nurani yang telah teracuni. Lewat sebuah satelit yang mengorbit diluar angkasa, manusia dapat menyaksikan fenomena yang terjadi disemua sektor kehidupan umat manusia dari balik televisi. Lewat TV monitor berlayar besar, si bos dengan leluasa melihat semua kejadian yang sedang terjadi. Semuanya jelas dan bening. Dengan speaker aktif dan sub-woofer sebagai aksesoris pelengkap tentunya. Kabid. Pemasaran menunjuk sebuah TV berlayar lebar. “Lihatlah, bos! sekarang ibadah mereka telah berpindah menuju mall, menuju pasar,lihatlah! mereka lebih percaya teori-teori ekonomi, TV, majalah, koran, majalah porno, katalog belanja daripada ayat-ayat suci dalam kitab-kitab mereka. Lihatlah juga yang itu, bos! Mereka begitu yakin pada omongan sales-sales kita daripada seruan nabi-nabi mereka yang telah mati ratusan tahun kebelakang.
Lihatlah mereka! sekarang mereka benar -benar bersujud untuk berhala baru yang sudah kita ciptakan…uang!!! Kabid. pemasaran menyeringai bangga sambil memeluk pundak bos. “Ibadah yang mereka lakukan dulu hanyalah basa-basi dan sifatnya sangat fiktif. Tapi kini…kalau yang ini benar-benar kongkret dan nyata. Bahwa yang berlaku sekarang adalah hukum “sebab akibat”. Kerja giatlah maka kamu akan dapat banyak uang.
Jika kau banyak uang, maka semua doa dan harapanmu pada dunia akan tercapai!”
Kabid. pemasaran menambahkan berapi-api. Pemandangan TV kali ini tampak lebih menyeramkan. Seorang bapak tergolek dengan mulut berbusa dan wajah membengkak biru lebam. Ditangannya tergenggam sebotol racun tikus yang isinya tinggal setengah. Seorang petugas polisi tampak sibuk mencatat. “Diduga bapak ini meninggal akibat bunuh diri dengan meminum racun serangga akibat menanggung malu yang tiada tara setelah dia gagal pergi berhaji. Diduga, bapak ini adalah korban penipuan dari sebuah sindikat dengan modus operandi menipu calon-calon jemaah haji.Saya manusia melaporkan untuk stasiun televisi kebohongan.” menyaksikan adegan itu sang bos tertawa terpingkal-pingkal.
“Lihatlah dampak bagi mereka. Mereka tak segan-segan untuk mati demi gengsi dan harga diri. Masalah surga atau neraka itu nomor dua. Yang penting tidak malu pada dunia. Dia ternyata telah menyembah gengsi. Dan mati setimpal untuk itu!” mata sang bos tampak berair kegelian tertawa puas. Di suatu tempat Tuhan sedang sekarat karena Seruan-Nya sudah tidak lagi ditaati, Tuhan telah meregang nyawa sekarat, paling tidak Tuhan telah mati di hati setiap manusia. Tuhan telah ditempatkan pada keterasingan pola pikir manusia, Ya, Tuhan telah digantikan oleh berhala baru bernama uang. Lupakan surga dan neraka,nikmati saja apa yang ada didepan mu , bukan dari dongeng masa lalu!!!!! *)
footnote : tulisan diatas terisnpirasi oleh lirik lagu band death metal Ujung Brunx, Forgotten berjudul “Tuhan Telah Mati” yang pada akhirnya saya kembangkan menjadi sebuah ilustrasi cerita. Ok, ini adalah perspektif realitas yang saya coba tangkap. Terserah ada yang bilang apa, marah, ngewa, mengutuk silakan saja, inilah yang saya lihat, saya rasakan, yang saya tau, setau saya, dan saya yakini. Ungkapan diatas saya rasa tepat untuk menggambarkan kondisi sosial masyarakat sekarang. Ketika orang-orang sudah menemukan berhala-berhala baru untuk disembah, temukan tuhan-tuhan baru dalam kehidupan nyata mereka. Rumah ibadah pindah ke mall dan tempat pelacuran, hadirnya nabi-nabi baru lewat televisi, radio dengan sabda-sabda kothbah sucinya, berjuta-juta eksemplar kitab suci baru dengan isi yang vulgar, porno dan indah yang sanggup membius logika dan nalar kita. That was the real fuckers………!!!!! Prove me if i’m wrong!!! Salam agen ideologi penyesatan : Venom nas wa jin (Sumber : fuckyeahjurnalis.tumblr.com)
0 komentar:
Posting Komentar